Surat Untuk Tuhan (2)

Selamat malam Tuhan

Bagaimana kabarmu?

Ah, lupa. Aku harusnya tak menanyakan soal kabar mengenai dirimu. Engkau bukan seperti kami, ciptaanmu yang selalu berubah setiap waktu. Engkau maha suci dari perubahan.

Tuhan, beberapa hari yang lalu aku mengirim surat padamu. Apakah engkau sudah membacanya? Aku harap apa yang kulakukan tidak sia-sia.

Mungkin absurd, jika seorang manusia menulis surat untuk engkau. Untuk tuhan. Obrolan imajiner! Ke alamat mana itu di kirim sedang engkau tidak tinggal di tempat tertentu. Pun bagaimana cara mengirimnya sedang engkau di luar jangkauan fisik kami.  Continue reading

Surat Untuk Tuhan

Aku terjaga dari tidur. Terbangun dan tidak bisa lagi pejamkan mata. Ini masih lumayan, karena malah aku sering tidak bisa tidur sama sekali hingga fajar menyalami bumi. Sudah berapa lama seperti ini, aku lupa atau lebih tepatnya tidak tahu. Mungkin dua minggu atau sebulan atau malah lebih.
Soal kenapa seperti ini aku juga tidak tahu. Ah, sebenarnya aku tahu sebabnya, hanya saja masih bingung kenapa bisa seperti itu. Kenapa aku begitu terfokus pada sebab tersebut dan tidak bisa melepaskannya barang sejenak. Satu masalah yang sangat lama bahkan sejak kehadiranku di dunia ini, dan satu masalah baru yang menghantamku beberapa waktu yang lalu. Itu semua membuatku begitu shock. Aku sepertinya terlampau lelah dengan semuanya. Mungkin sekarang adalah kalkulasi. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Aku ingin menulis sepucuk surat untuk tuhan.  Continue reading

Kami Lebih Sakit

 Jika wanita bisa menumpahkan segala bebannya lewat airmata, pria tidak bisa melakukan itu. karenaya, pria lebih sakit oleh beban yang tertahan tanpa pernah bisa ia keluarkan.

Secara subjektif, saya sendiri menyetujui kata-kata tersebut. sebagai pria, disamping dari hasil memperhatikan apa yang biasa dilakukan oleh yang lain (entah dari keluarga, teman, atau orang lain), saya juga merasakan hal yang sama. ketika mempunyai masalah dan tidak bisa menagggungnya, saya merasa sangat tertekan. Ingin rasanya menangis seperti saat masih kecil, tapi saya tidak tahu kenapa airmata tidak bisa keluar. yang saya rasakan cuma rasa sesak dan (kadang)  ingin menghancurkan apa saja yang bisa diraih. tapi tentu suatu hal yang tidak baik jika pelampiasan dengan jalan merusak, maka ujungnya yang bisa dilakukan cuma menarik diri dengan diam sambil tenggelam dalam kesendirian.  Continue reading